Oleh: Dokter Asep Purnama
SIKKA, VICTORYNEWS - Kemarin (Selasa, 13 September 2022), saya dihubungi teman sejawat di RSUD dr Hendrikus Fernades, Larantuka.
Seorang laki laki usia 65 tahun -sebut saja Opa, datang ke UGD dengan gejala takut air (hydrophobia) dan takut udara (aerophobia).
Opa digigit anjing 3 bulan yang lalu dan sayangnya tidak mendapatkan tatalaksana gigitan Hewan Penular Rabies (HPR).
Baca Juga: Dianggap Pembawa Sial, Seorang Bocah 5 Tahun, di Sikka Disiksa Pamannya Hingga Cacat
Sungguh sulit menghadapi kenyataan seperti ini. Jika seseorang sudah bergejala khas rabies (aerophobia dan hydrophobia), hingga saat ini belum ada pengobatan yang mampu menyembuhkannya.
Tapi, rabies sebenarnya bisa dicegah jika setelah digigit anjing, Opa mencuci luka dan mendapatkan tata laksana gigitan HPR -diberikan VAR (Vaksin Anti Rabies) dan atau SAR (Serum Anti Rabies) sesuai indikasi-.
Dan akhirnya, apa yang kita khawatirkan bersama terjadi. Hanya berselang kurang dari 24 jam - hari ini, 14 September 2022- saya mendapat kabar Opa menghembuskan napas yang terakhir karena keganasan virus rabies. Rest in Peace (RIP). Ikut berbela sungkawa mendalam.
Baca Juga: PT. Mitra Usaha Flores Gelar Gathering Apresiasi Bersama Bengkel Federal Oil
Satu lagi, warga Flores tercinta meninggal karena keganasan virus Rabies. Ritual kematian akibat kekejaman virus rabies berulang kembali.
Opa berasal dari Kecamatan Demon Pagong, Kabupaten Flores Timur.
Belum lama berselang, tepatnya pada tanggal 8 Juni 2022, anak perempuan, berusia 8 tahun, berasal dari Kecamatan Demon Pagong, juga meninggal karena keganasan virus rabies, setelah beberapa bulan sebelumnya digigit anjing.
Sebulan yang lalu, satu keluarga di Kabupaten Sikka mengadopsi seekor anak anjing, berusia 3 bulan yang berasal dari Kecamatan Demon Pagong.
