SIKKA, VICTORYNEWS - Moke yang diproses dari bunga lontar secara tradisional adalah merupakan minuman khas dan menjadi salah satu ornamen dari budaya masyarakat Kabupaten Sikka secara turun temurun.
Dimana moke sebagai minuman tradisional selalu digunakan dalam penyelesaian adat, penyelenggaraan ritual budaya serta minuman jamuan kepada tamu kehormatan.
Seiring dengan kemajuan zaman moke menjadi sebuah potensi yang bernilai ekonomis tinggi. Dimana bisa dijual bebas di pasar lokal sebagai salah satu sumber pendapatan ekonomi keluarga.
Baca Juga: Kontraktor Terlantarkan Pekerjaan Jalan Riidetut Ipir, Warga Ancam Demo Dinas PU
Demikian penegasan Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo, saat membuka Diskusi Publik HIPMI Cabang Sikka, Kamis 25 Agustus 2022, bertempat di Hotel Pelita Maumere.
"Moke sudah ada dari zaman kerajaan dan itu merupakan salah satu ornamen dalam budaya adat Sikka. Kemudian menjadi potensi yang bernilai ekonomis tinggi," kata Bupati Sikka.
Oleh karena itu, melihat tanaman lontar yang hidup di sebagaian besar wilayah Kabupaten Sikka, adalah sebuah potensi yang bernilai ekonomi tinggi dalam mendorong kesejahteraan petani moke dan pendapatan daerah.

Menurut Bupati Sikka, selain potensi moke, HIPMI Sikka bisa melirik potensi lainnya seperti kakao, cengkeh, kelapa dan vanili sebagai salah satu sumber peningkatan pendapatan masyarakat.
HIPMI Cabang Sikka, gelar diskusi publik dengan tema Pengembangan Nilai Ekonomis dari Nira Lontar dengan Pendekatan Industri di Hotel Pelita Maumere.
Kegiatan diskusi publik HIPMI Cabang Sikka, dihadiri kalangan akademisi dari Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero, Universitas Nusa Nipa dan IKIP Muhamadiyah Maumere.
Baca Juga: Polisi Bakar Tempat Judi Ayam, Dua Terduga Pelaku Judi Diamankan
Selain itu, Beacukai Cabang Labuan Bajo, lembaga permodalan, sejumlah Organisasi Perangkat Daerah, LSM, TNI, Polri, Asosiasi UMKM Sikka dan sejumlah petani moke.
Mario W.P Sina, dalam laporan selaku panitia diskusi publik menegaskan bahwa HIPMI Sikka, melihat produk olahan nira lontar yakni moke, belum mendapatkan sentuhan pengelolaan yang optimal.
"Seperti harga, standar mutu maupun standar kualitas, belum banyak mengalami perubahan serta sehingga melalui diskusi publik untuk mencari solusi bersama," kata Mario Sina.