VICTORY NEWS SIKKA-Victorianus Lado Wea (40) petani asal Desa Wea AU, Kecamatan boawae, Kabupaten Nagekeo, menanam 11 ribu pohon cabai di lahan 2,5 hektare.
Dalam satu kali panen ia bisa menghasikan Rp150 juta. cabai miliknya dipasok ke Bajawa Kabupaten Ngada dan Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat (Mabar).
Orin Lado ini, saat ditemui VN, Kamis (28/4/2022) meyakini potensi pertanian dapat membawa keuntungan yang besar jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh.
Orin Lado menceritakan, awal mula terjun menjadi petani karena keinginannya ada regenerasi petani. Apalagi, di daerah memiliki banyak lahan pertanian.
Baca Juga: Rofin Muda: Kelompok Ternak Jangan Ditunggangi Kepentingan Politik
Selain itu, ia juga meyakini dalam waktu 10 atau 15 tahun ke depan tidak ada lagi anak muda ataupun kaum milenial di Kabupaten Nagekeo tekun belajar dan memahami dunia pertanian.
"Kalau tidak dari sekarang, kita mau tunggu sampai kapan. Apalagi khususnya generasi milenial dari 100 orang belum tentu semuanya paham cara mengolah lahan. Jangankan mencangkul mungkin tidak tahu, dari situ kemudian saya tertarik untuk belajar dan terjun di dunia pertanian ini," katanya.
Orin Lado melihat sektor pertanian memiliki potensi yang menjanjikan dari sisi ekonomis apabila dikelola dengan baik.
"Jadi ada basis ekonomis yang saya melihat, selain kita bisa melakukan budidaya pertanian juga bisa mengembangkan potensi agribisnisnya," ungkapnya.
Baca Juga: Inovasi Baru Akusikka, Abon Ikan Tuna Aneka Rasa dan Sambal Bawang
Ia menambahkan, saat ini masih menggunakan sistem secara manual. Belum bisa menggunakan sistem yang biasa disebut tumpang sari karena lahan jauh dari sumber air.
"Tempat saya ini memang jauh dari sumber air. Untuk menghidupkan tanaman cabai pedas saya ini, saya membutuhkan air harus pakai beli 1.000 liter seharga Rp50 ribu. Jika tidak saya harus tempuh jarak 2 kilometer dari tempat olahan tanaman cabai pedas itu menuju lokasi air," imbuhnya.
Orin Lado mengatakan, waktu panen bisa sampai tiga sampai dengan target 9 ton karena diperkirakan sekitar 20 persennya di lapangan tanaman terkena hama ataupun pengaruh faktor cuaca.
Pria yang lulusan STFK Ledalero bergelar Sarjana Filsafat ini mengaku mengalami kesulitan dalam hal pemasaran. Karena dirinya baru berusaha pertanian jenis tanaman cabai sejak tahun 2021.
Baca Juga: Warga Desa Riangrita Flotim Pelatihan Ternak Ayam KUB di Solidio Farm
Artikel Terkait
Kelompok Moeda Tani di Sikka Panen Perdana Tomat Sebanyak 3 Ton
Panen Tomat 5 Ton, Moeda Tani Farm Masih Menyasar Pasar Lokal
Pandemi Covid 19, Anggota DPR RI Julie Sutrisno Konsisten Perjuangkan Nasib Petani, Nelayan dan Peternak
Moeda Tani Farm, Panen Perdana 258 Kilogram Cabe dari 13.291 Populasi